Minggu, 10 April 2011

DIBALIK SERBET PAK KRUPUK

Nurul Huda namanya, seorang penjual krupuk yang setiap pagi pukul 06.00 WIB selalu menghiasi jalan di kompleks perumahan Jatikalang bersama dengan kawan-kawan lain profesinya penjual air, penjual bubur dan masih banyak lagi. Dengan ditemani sepeda motornya beliau menjajakan krupuknya dari satu tempat ke tempat lain selama 1 tahun telah dilewati. Apa yang membuat bapak kelahiran 12 Juni 1978 ini terlihat unik dari kebanyakan penjual krupuk lain adalah gayanya berjualan yang selalu memberikan joke pada setiap pelanggannya dalam melayani agar orang tertarik membeli krupuk dengannya. Ya, itulah salah satu kelebihannya, ada saja cara bapak berumur 33 tahun ini dalam memberikan pelayanan pada pelangganya dimana secara tidak sadar ini bisa menjadi contoh dalam excellent service dan ciri khasnya yang membuat banyak orang puas dan senang dengannya adalah, dia selalu memberikan informasi pada orang-orang yang sebenarnya itu bukanlah informasi penting bagi sebagian orang, yaitu informasi tentang perumahan atau kompleks yang memiliki anak gadis cantik paling banyak sehingga tidak jarang pelanggannya yang mayoritas ibu rumah tangga di sarankan mencari menantu untuk anak laki-lakinya di perumahan-perumahan yang menurut dia banyak gadis cantik bersarang disana. Sungguh kocak bukan!. Karena dengan melihat dan membandingkan gadis-gadis bisa membuatnya lebih semangat berjualan karena melihat semangat muda mereka. Tetapi beliau tidak jarang pula menjadi Koran manusia berjalan bagi pelanggannya karena asalkan tahu saja jam kerja pak Huda ini tidak kalah dengah karyawan-karyawan produksi di pabrik loh!. Dalam sehari ada 2 shift yang dilakoni pak Huda, untuk shift pagi mulai pukul 05.00 – 09.00 WIB dan sore hari pun berkeliling lagi mulai pukul 16.00 – 21.00 WIB, sehingga berita lokal dari wilayah yang dilaluinya selalu up to date, pelangganya tak perlu takut menjadi orang primitif yang ketinggalan informasi, itulah sisi kelebihan cara berjualan pak Huda.Namun suatu pagi seperti biasa pukul 06.00 WIB suami dari Atik ini melewati gang perumahan tempat dimana saya tinggal dan telah menjadi langganan saya, saat itu saya membeli krupuk darinya entah mengapa saat itu saya tertarik dengan satu pandangan dari rombongnya yang mengangkut banyak bentuk krupuk sambil menunggu beliau memasukkan krupuk pada kresek untuk saya, bahkan orang pun tidak mungkin melihat atau sampai berpikir pada satu tempat tersebut. Ya itulah tumpukan serbet di atas triplek kotak yang ukurannya sedang sekitar 3 kepalan tangan orang dewasa untuk panjang dan lebarnya dimana sebagai penyeimbang tumpukan krupuknya yang berada di sisi kanan dan kiri. Serbet tersebut tidak terlipat rapi tapi ada 3 buah dan saat dibuka anda akan terkejut. Bagaimana tidak dibalik serbet tersebut ada sebuah singkong tak utuh lagi bekas makanannya beberapa hari lalu tapi ada yang lebih menarik dari serbet milik bapak 3 anak ini yaitu sebungkus sabun mandi, coba anda bayangkan atau kita pikir seorang penjual krupuk ada sabun mandi di rombongnya tiap orang pasti tahu sabun mandi untuk mandi tapi yang tak habis pikir meskipun hanya penjual krupuk di tengah-tengah kesibukannya berkeliling menjajankan krupuknya dia tidak pernah lupa waktu mandi bahkan mungkin dia lebih sering mandi daripada orang-orang biasa lainnya. Dan satu lagi dimana dia mandi saat membanting tulang menjajankan krupuknya. Dengan tanpa canggung beliau mengaku selalu berhenti di ponten umum krian untuk mandi. Alasan dari sosok yang bertempat tinggal di daerah Punakawan ini adalah beliau ingin saat sampai rumah bertemu anak istrinya terlihat segar dan wangi, sehingga beban hidup dan keluh kesah serta beban pikiran yang ia alami bisa tertutupi dari penampilannya yang selalu wangi dan segar saat tak sempat mandi di rumah karena penghasilannya sebagai penjual krupuk juga tidak seberapa tapi beliau tetap berusaha menyekolahkan anak-anaknya yang pertama duduk di TK B dan yang kedua di TK A sedangkan yang terakhir masih 2,5 tahun dan kebiasaannya membawa sabun untuk mandi pun juga beralasan agar setiap pelangganya tidak melihat seorang penjual krupuk dekil. Bila di pikir lagi sepertinya 10 banding 1 ada penjual krupuk yang membawa sabun sebagai benda mutlak yang harus dibawa seperti pak Nurul Huda ini, semangatnya berjualan serta maksud dari sabun yang dia bawa semata membuat anak istrinya selalu senang melihatnya seolah tanpa ada masalh berat dipikul dan caranya berjualan memberikan pelayanan yang memperlakukan benar – benar pembeli adalah segalanya, membuat banyak sekali sisi pandang yang belum pernah tersentuh bagi siapa saja yang melihatnya dimana dia adalah penjual krupuk biasa dengan tas pinggangnya yang berisi rokok dan uang hasil peluhnya serta helm hitam dan sepeda motor tuanya dengan rombong di belakangnya berisi krupuk – krupuk sebagai keluarganya kedua selain anak dan istrinya, tapi lepas dari itu dia sosok yang tidak ingin menunjukkan betapa kerasnya hidup ini bekerja sebagai penjual krupuk dengan penghasilan kurang dari cukup terutama di mata anak istrinya, malah sebaliknya sebagai penjual krupuk adalah anugerah dan pekerjaan yang menyenangkan meskipun bukan itu yang ia minta tapi tidak jarang terkadang pelanggan ada yang menanyakan hal tersebut tapi ekspresi bapak penjual krupuk ini menunjukkan wajah riang seolah-olah inilah pekerjaan terbaik baginya dimana sampai detik ini membuat dia dan keluarganya masih bisa bertahan hidup bahkan kata mutiara tidak jarang keluar dari mulutnya dengan jokenya yang selalu segar, satu yang paling saya ingat adalah saat dia berkata seperti ini “urip pisan ae di gae susah mbk, tambah brodol rambutku di gae mikir abot-abot (hidup sekali saja di buat susah mbk, tambah rontok rambutku di buat mikir berat-berat)”. Kata pak Huda. Baginya segala sesuatu di jalani dengan ikhlas tanpa meninggalkan usaha keras dan doa akan lebih ringan menjalaninya. Sehingga perlu dalam kehidupan belajar dari orang – orang seperti ini.


Caca/PR/2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar